WELCOME

HALLLOWW GUYS, SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA, SEMOGA BERMANFAAT. TUHAN YESUS (Isa Almasih) MEMBERKATI.WA WA WA KINAO NAK.

Jumat, 11 September 2015

INTROPEKSI DIRI ATAU KOREKSI DIRI

(Matius 7:3-5)  
Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."  
(Roma 2: 1) Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama. 

Melihat kaitan Allah dengan diri. Di titik pertama, kita harus menyadari bahwa introspeksi diri berarti berusaha mengaitkan perspektif Allah melihat setiap kita. Bagaimana caranya? Dengan merefleksikan segala sesuatu yang Allah ajarkan baik melalui Alkitab maupun khotbah yang benar-benar bertanggung jawab langsung pada diri kita. Dengan kata lain, kita berkata kepada Allah seperti Raja Daud, “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” (Mzm. 139:23-24)
Sering kali, kita lebih suka mengaitkan ayat Alkitab atau khotbah tertentu dengan orang lain dengan mengatakan, “Wah, khotbah ini cocok untuk si X.” Kita lupa satu hal bahwa khotbah dan Alkitab itu pertama-tama bertujuan untuk mengajar dan menegur kita agar kita hidup makin memuliakan Allah. Saya tahu hal ini tidaklah mudah, namun belajarlah mulai sekarang untuk selalu merefleksikan setiap ayat Alkitab dan khotbah langsung kepada diri kita dan berhenti untuk mengaitkannya dengan kesalahan orang lain. Setelah mempersilahkan Allah mengenal dan menguji kita, maka pengenalan kita akan Allah membawa kita untuk selanjutnya mengenal diri kita masing-masing terlebih dahulu. Sejujurnya, kita sebagai manusia paling mudah untuk melihat orang lain dan kelemahannya, bahkan sering kali kita mengingat kelemahan orang lain lebih daripada kelebihannya. Kita paling mudah mengungkit kelemahan orang lain dan menyebarluaskannya kepada orang lain. Bahkan ada yang sampai memalukan kelemahan orang lain (X) di depan saudara-saudaranya, lalu berdalih untuk menegur si X (demi kebaikan si X). Sampai titik ekstremnya, ada yang sampai setiap malam terus memikirkan kelemahan orang lain dan bahkan tidak pernah memikirkan kelemahan diri. Jujur, sebagai manusia berdosa yang diselamatkan melalui anugerah Allah pun, saya tidak luput dari kelemahan itu, namun dengan sekuat tenaga, saya terus berusaha untuk tetap melihat kelemahan sekaligus kelebihan orang lain, meskipun itu sulit. Melihat orang lain itu bukan tidak boleh, tetapi sebaiknya itu kita lakukan setelah kita melihat diri. Mengapakita diperintahkan Kristus untuk tidak terus melihat (dan menghakimi/menilai)orang lain? Karena ketika kita terus-menerus melihat dan menghakimi orang lain,kita merasa diri seolah-olah lebih hebat, pandai, bijaksana, dll daripada orangyang kita lihat/hakimi tersebut dan itu lama-kelamaan mengakibatkan kitamenjadi sombong. Dan kesombongan termasuk salah satu dosa yang Tuhan benci, karena itu berarti lebih mengandalkan diri ketimbang Allah, padahal diri sendiri yang terbatas dan berdosa tidak layak untuk diandalkan! Untuk mengobati kesombongan itu, Rev. Bob Kauflin dalam bukunya Worship Matters mengungkapkan, “Tuhan sering kali menggunakan dosa-dosa orang lain untuk menyingkapkan kelemahan kita sendiri.”  

(Matius 7:12)  
"Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar