Dalam pelayanan Tuhan Yesus di dunia ini pada 2016 tahun
yang lalu di palestina/israel, Ia sering melayani orang baik di kota dan di
desa. Pada suatu hari dalam perjalananNya ke kota bersama murid-muridNya, Tuhan
Yesus merasa lapar, lalu Ia melihat ada pohon arah Yang tumbuh ditepi jalan, Ia
melihat lalu mendekati pohon arah tersebut, ternyata Saat Yesus mendekati pohon
tersebut tidak berbuah hanya daun-daun saja sebab memang bukan musim buah ara.
Setelah menjuumpai pohon
yang tidak berbuah tersebu Yesus merasa kecewa dan Ia menutuk pohon ara
tersebut: “Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya”, maka pohon
tersebut kering sekonyong-konyong sehingga membuat para murid kala itu yang
bersama Yesus tercengang melihat kejadian tersebut.
Pohon Ara (Ficus carica) adalah tanaman asli Asia
Barat Daya, Israel, Siria, dan Mesir, serta terkenal karena umurnya yang sangat
panjang. Meskipun tumbuh liar, pohon ini perlu dibudidayakan untuk memperoleh
hasil yang baik. Pohon ara cukup mampu beradaptasi dengan berbagai jenis tanah,
bahkan tumbuh dengan baik di tanah yang berbatu-batu. Tingginya dapat mencapai
kira-kira 9 m, dengan diameter batang kira-kira 0,6 m, dan memiliki
cabang-cabang yang melebar. Meskipun khususnya dianggap berharga karena
buahnya, pohon ini juga sangat bernilai karena menjadi penaungan yang baik.
Daun-daunnya besar, lebarnya mencapai 20 cm atau lebih. Pohon ara pertama
kali disebutkan sewaktu Adam dan Hawa menyemat daun-daunnya untuk dijadikan
penutup pinggang. (Kej 3:7) Di beberapa bagian Timur Tengah, daun-daun ara masih
dijahit dan digunakan untuk membungkus buah dan untuk berbagai kegunaan lain.
Pada
dasarnya, pohon ara menghasilkan dua panenan setiap tahun: buah ara masak yang
pertama, atau buah ara awal menjadi matang pada bulan Juni atau awal Juli, dan
buah ara akhir, yang tumbuh pada kayu baru dan menjadi panenan utama, biasanya
mulai matang sejak bulan Agustus. Buah ara awal dapat dengan mudah jatuh jika
pohonnya digoyangkan pada waktu sudah masak, dan sangat bernilai karena rasanya
yang lezat.
Kira-kira pada bulan Februari,
kuncup-kuncup buah pertama muncul pada cabang-cabang dari musim sebelumnya, dan
ini mendahului daun-daunnya sekitar dua bulan, karena daun-daun biasanya baru
muncul pada akhir bulan April atau pada bulan Mei tanda pertama matangnya buah
ara muda yang baru dikaitkan dengan berbunganya tanaman anggur, yang mulai
berbunga kira-kira pada bulan April. Pohon ara yang Yesus Kristus kutuk
kelihatannya mengeluarkan daun lebih awal daripada biasanya, mengingat pada
waktu itu adalah tanggal 10 Nisan 33 M.
Penampilannya memberikan alasan untuk
berharap bahwa buah yang siap dimakan juga akan dihasilkan lebih awal daripada
musimnya, dan catatan di (Markus 11:12-14) menunjukkan bahwa Yesus mendekati pohon ini dengan
berpikiran demikian walaupun ”waktu itu
bukan musim buah ara”, yaitu waktu panen. Kenyataan bahwa pohon itu hanya
mengeluarkan daun memperlihatkan bahwa pohon itu tidak akan menghasilkan panenan,
dengan demikian penampilannya menipu. Yesus mengutuknya sebagai pohon yang
tidak produktif, sehingga pohon itu pun layu.
Jika kita membaca ayat dalam injil (Matius 21:18-22), maka sebenarnya peristiwa ini
secara kronologis terjadi pada pagi hari (Mat 21:18)dan
bukan musim buah arah (markus 11:13). Secara
logika anda bisa berfikir dan memperkirakan hari masih pagi tetapi Yesus merasa
lapar dan ia tahu bahwa memang bukan waktu musim buah ara tetapi Ia
mendekatinya berharap Ia memperoleh buah dan pertanyaan kritis lagi pagi-pagi
apakah memang Yesus mau sarapan dengan buah-buahan, seharusnya Ia bisa mencari
roti di warung atau pasar terdekat.
Melihat kisah Yesus mengutuk pohon arah
dan musim buah pohon arah secara agronomis di atas kita akan belajar mengapa
Yesus begitu marah dan langsung mengutuk pohon tanpa memberikan kesempatan
kepada pohon tersebut. Sebenarnya bukan salah pohon tersebut karena pohon arah
tidak berbuah sebab memang bukan musimnya berbuah namun apa yang dilakukan
Yesus, dan apa makna teologis yang bisa kita belajar?
Sebenarny Tuhan Yesus mau mengajarkan
tentang kekuatan Iman kepada muridNya. Di dalam ayat 21-22 Ia menjelaskan bahwa
jika kita memiliki Iman dan kepercayaan kepada Tuhan yang teguh maka perkataan
kita memiliki kuasa untuk berkata, untuk terjadi sesuatu hal di luar kemampuan
kita (metafisika). Taatkala seorang pengikut Yesus memiliki Iman yang teguh
maka kita dapat berkata kepada gunung sekalipun beranjaklah dan tercampaklah
maka hal itu akan terjadi.
Seorang yang memiliki Iman di dalam
Tuhan Yesus harus percaya seungguh-sungguh maka kita akan menerima apapun yang
kita minta didalam nama Tuhan Yesus. Tuhan berulang kali berfirman kepada
Manusia bercayalah!! Berimanlah!! Dan menaruh harapan pada Tuhan. Tuhan
berFirman, jika kita memiliki Iman hanya sebesar biji sayur sawi maka kita akan
melakukan banyak hal untuk hormat dan kemuliaan Bagi Tuhan. hanya oleh Iman
kita akan diselamatkan,. Amin
Pustaka:
1.
Alkitab PL dan PB versi Lembaga Alkitab Indonesia.
2008. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar